Munafik di dalam bahasa Inggris tertulis: hypocrite, yang berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata: ὑποκριταί (hypokritai) yang berarti “stage actors”. Seorang aktor adalah seorang yang berakting di atas panggung memainkan peran sesuai dengan lakon yang diperankannya yang berbeda dari kehidupan aslinya. Seorang aktor selalu ingin memainkan perannya secara bagus sesuai dengan tuntutan skenario yang diberikan kepadanya sehingga dengan demikian ia mendapat pujian (tepuk tangan) dari penonton. Seperti itulah yang Tuhan Yesus sampaikan kepada orang banyak dan murid-murid-Nya saat Ia mengajar kepada mereka tentang memberi sedekah (Mat. 6:1-4), berdoa (Mat. 6:5-15), dan berpuasa (Mat. 6:16-18). Orang munafik saat memberikan sedekah, berdoa, atau berpuasa cenderung ingin dilihat dan dipuji orang banyak. Apa yang dilakukan orang munafik ini seperti apa yang dilakukan oleh para aktor. Mereka berakting. Apa yang tampak dari luar berbeda dari apa yang ada dalam hati mereka. Semua yang dilakukan itu demi untuk mendapatkan pujian bagi dirinya. Setiap tindakan orang munafik bergantung kepada kondisi luar, bergantung kepada selera penonton. Penonton ingin seperti apa, kondisi seperti apa yang diinginkan, seperti itulah para aktor mengikutinya. Mengikuti selera pasar, yang penting sang aktor mendapat pujian.
Begitulah kehidupan orang munafik. Melakukan segala sesuatu bukan karena kebenaran, tetapi karena ingin dilihat dan dipuji orang banyak. Bagaimanakah dengan kita? Dalam keseharian hidup kita, apakah kita melakukan ini dan itu demi supaya dilihat dan dipuji orang, atau kita melakukan ini dan itu berdasarkan kebenaran?
Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang transparan di hadapan Tuhan. Kita melakukan ini dan itu dengan kesadaran bahwa Allah yang melihat dan menilainya, bukan manusia. Orang Kristen melakukan ini dan itu bukan supaya dipuji orang tetapi karena kita melakukannya sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, taat kepada kehendak Tuhan karena kita sudah ditebus oleh darah Kristus. Pujian manusia tidak lagi berarti dibandingkan kemuliaan Allah hadir di bumi melalui ketaatan umat-Nya.
Marilah kita belajar menghidupi hidup ini bukan sebagai aktor tetapi sebagai anak Tuhan yang sesungguhnya. Kiranya Allah menolong kita! (DS)

