Di tengah ritme hidup yang cepat dan tuntutan yang terus menekan, banyak pemuda terperangkap dalam pengejaran hal-hal yang hanya bersifat sementara dan di depan mata. Kesenangan, kekayaan, dan pengakuan sosial tampak begitu memikat. Namun, jika kita tidak menyadari adanya kehidupan kekal, semua pencapaian itu pada akhirnya tidak akan memberikan kepuasan. “Kepuasan” sesaat hanyalah memberikan perasaan “pause” atau “break” sejenak, tidak memberikan “rest” atau “sabat” sejati yang menjadikan kita puas.
Kesadaran akan kekekalan melampaui kesementaraan akan memberikan arah dan makna di tengah perjuangan hidup. Jika kita hanya mengejar yang sementara, kita akan kehilangan tujuan hidup yang sejati. Tanpa fondasi kepada janji kekal Allah, setiap usaha dan pencapaian kita, sebesar apa pun, akan bersifat sementara dan berakhir sia-sia, karena semua kesementaraan akan berhenti di kematian. Namun, ketika kita menyadari bahwa hidup ini bukan hanya tentang hari ini atau esok, melainkan tentang suatu realitas kekal yang dijanjikan Tuhan, pandangan kita baru bisa berubah.
Bayangkan kita sedang bermain game online yang seru. Kita mengumpulkan koin dan poin setiap hari. Tetapi tiba-tiba, server game itu mati. Semua koin, senjata, dan pencapaian kita hilang—perjuangan kita selama ini tidak ada artinya. Begitu juga hidup kita, kalau kita hanya fokus mengumpulkan “koin” sementara di dunia ini. Maka, mari kita menginvestasikan hidup untuk hal-hal yang kekal, itu seperti mengumpulkan harta di “server” yang tidak pernah mati—Kerajaan Tuhan—yang nilainya tidak akan pernah hilang.
Kita perlu bertanya pada diri sendiri: apa yang sebenarnya kita cari? Apakah hanya hiburan singkat? Apakah sekadar memenuhi ekspektasi orang lain? Atau, apakah kita sedang berusaha hidup untuk tujuan yang lebih tinggi—terhubung dengan rencana kekal Tuhan?
Sudah seharusnya, kita mulai mengukur setiap pilihan bukan hanya dari dampaknya dalam waktu singkat, tetapi dari nilainya dalam terang kekekalan. Demikianlah kita akan bertanya kepada diri sendiri, “Apakah ini memiliki arti di hadapan Tuhan untuk selama-lamanya?”
Jika hidup kita hanya berputar mengejar yang sementara, kita seperti membangun istana di atas pasir—indah sesaat, tetapi roboh ketika badai datang. Namun, jika kita berdiri di atas janji kekal Tuhan, setiap langkah, sekecil apa pun, menjadi bagian dari karya besar yang tidak akan pernah sia-sia.
Tanpa fondasi janji kekal itu, semua usaha kita—entah sebesar membangun kerajaan bisnis atau sekecil berusaha menyenangkan hati orang lain—pada akhirnya akan berakhir dengan kekosongan. Tetapi dengan iman kepada Kristus, kita tahu bahwa setiap kerja keras, setiap pengorbanan, dan setiap ketaatan, akan bergema sampai selama-lamanya.
Paulus menulis kepada jemaat Kolose untuk “mencari perkara yang di atas, di mana Kristus ada”. Ini adalah ajakan untuk mengarahkan hidup kita pada hal-hal yang kekal. Sebagai ciptaan Tuhan, kita dipanggil untuk menjadi alat yang dibentuk dan dipakai-Nya. Pengejaran yang benar adalah mengejar kehendak Tuhan dan menjadikan-Nya pusat hidup kita.
Menjelang akhir tahun 2025, kita perlu merenung: apa yang ingin kita capai? Apakah kita akan tetap berada dalam lingkaran kesementaraan yang kosong, atau kita memilih bertumbuh dalam iman, meninggalkan warisan rohani yang bertahan selamanya? Dengan kekekalan sebagai dasar, setiap langkah kita dapat diarahkan pada hal-hal yang benar-benar bernilai. Kita bisa melangkah dengan keyakinan bahwa hidup ini punya tujuan yang mulia, dan setiap tindakan kecil pun bisa menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan.
Mari kita mengambil keputusan untuk tidak hanya hidup dalam arus kesementaraan, tetapi juga mengejar hal-hal yang kekal. Dengan begitu, kita akan makin bertumbuh dan dekat dengan Tuhan. (TH)

