Bacaan: Lukas 5: 15-16
Pernahkah kamu bertemu dengan orang yang tiba-tiba menghilang di tengah adanya kebutuhan pelayanan? Atau orang yang tiba-tiba menghilang di tengah puncak popularitas? Rasanya jarang kita bertemu orang demikian. Kalaupun kita bertemu dengan orang tersebut, kita mungkin sulit menerimanya atau bahkan kita akan menganggap orang itu berkerohanian buruk.
Memang secara alami, ketika sedang berada di puncak popularitas, manusia selalu ingin berada di kondisi tersebut. Siapa yang tidak suka menjadi terkenal? Menjadi orang yang dicari dan dibutuhkan? Semua kita pasti suka untuk dapat dikenal dan dicari orang. Tetapi, ada bagian perikop Alkitab yang sangat mengejutkan bahwa Tuhan Yesus undur diri di tengah popularitas dan kebutuhan pelayanan yang ada.
Lukas 5:15 mencatat bahwa Tuhan Yesus berada di puncak popularitas. Kenapa Tuhan Yesus populer? Karena hanya Tuhan Yesus satu-satu-Nya yang melakukan pelayanan tersebut. Tidak ada orang yang dapat meniru-Nya, maka banyak orang makin mengenal pelayanan-Nya dan datang kepada-Nya.
Tetapi suatu reaksi mengejutkan langsung dimunculkan pada ayat ke-16, Tuhan Yesus mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. Ya! Tuhan Yesus undur diri. Ia membiarkan orang banyak beserta kebutuhan yang ada. Untuk apa? Untuk pergi ke tempat sunyi dan berdoa.
Ketika menelisik ke dalam bahasa Yunani, ayat 16 menunjukkan bahwa pengunduran diri Tuhan Yesus ke tempat sunyi dan berdoa merupakan kegiatan rutin (was regularly withdrawing and praying). Sebuah tindakan pengunduran diri untuk memastikan tidak bergeser karena kebutuhan dan popularitas, Tuhan Yesus tetap mempertahankan relasi dengan Allah Bapa.
Markus 1:35 makin memperjelas bahwa pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Dalam ayat ini ada kata raising (bangun), departed (berangkat ke luar), went (pergi ke tempat yang sunyi), dan prayed (berdoa) untuk menekankan tekad Tuhan Yesus untuk bersekutu dengan Allah Bapa. Ia tidak bergeser karena keramaian orang. Kepekaan dalam keputusan yang radikal seperti ini, sulit dimengerti oleh kita. Tetapi, teladan ini mengajarkan kita bahwa bahkan tingginya kebutuhan akan pelayanan kita, tidak boleh menggeser hati kita dari Allah Bapa. Pelayanan sekalipun, tidak boleh menggeser kita.
Maka, mari kita belajar, sebagai murid Tuhan mengikuti teladan Tuhan Yesus yang tidak bergeser di tengah hiruk-pikuk pelayanan. Mari terus mendidik diri dan hati untuk tidak melihat kepada crowd pelayanan saja, tetapi melihat kepada isi hati Allah Bapa. Iblis dengan mudah menipu anak-anak Tuhan untuk menjauh dari Allah Bapa dengan perasaan “dibutuhkan dalam pelayanan”. Tetapi, sekali lagi, teladan Tuhan Yesus ini menjadi suatu hal nyata yang perlu kita renungkan dalam menjalani makna pelayanan kita ke depan di hadapan Tuhan. Kiranya Tuhan memberi bijaksana kepada kita bagaimana menjalankan pelayanan kita.

