Penyesalan dan Doa

Devotion

Penyesalan dan Doa

19 June 2023

Semua manusia berdosa pasti memiliki penyesalan di dalam hidupnya. Makin kita tua, makin banyak hal yang kita sesalkan. Ketika menyesal, kita cenderung akan berpikir, “Seandainya dahulu saya begini… Seandainya dahulu saya begitu…” Keinginan untuk memperbaiki apa yang salah menjadi benar, selalu muncul dalam pemikiran ketika kita menyesal. Apalagi sebagai orang Kristen, tentu ada waktu di mana kita menyesali dosa yang telah kita lakukan. Atau setidaknya kita pernah menyesali pengambilan keputusan yang salah dalam pandangan kita.
Menyesal adalah hal yang sudah biasa terjadi dalam kehidupan manusia berdosa. Apa yang Alkitab katakan mengenai respons terhadap rasa penyesalan ini?
Daud menyesal akan dosanya setelah dinasihati oleh Nabi Natan karena ia membunuh Uria dan mengambil istrinya, Batsyeba. Tokoh yang lain, Habakuk, menyesal dengan kelakuan bangsa Israel setelah melihat bangsa Israel dihukum oleh Tuhan, dengan dijajah bangsa yang lebih jahat dari mereka. Masih banyak lagi tokoh di dalam Alkitab yang bisa dijadikan contoh. Di dalam keadaan yang tidak berdaya seperti ini, mereka justru kembali menghadap Tuhan menyampaikan rasa penyesalan, mengungkapkan keluh-kesah, dan memanjatkan permohonan mereka kepada Tuhan.
Sebagai orang Kristen, hal pertama yang harus dilakukan ketika menyesal, bukanlah marah-marah atau mengandai-ngandai, memikirkan cara mengembalikan keadaan. Hal pertama yang seharusnya dilakukan saat menyesal adalah datang menghadap Tuhan. Namun hal ini begitu sulit untuk dilakukan. Lebih mudah untuk kita marah-marah, bertindak sesuatu, mengambil keputusan, melampiaskan segala emosi kita, daripada kita berlutut, berdiam diri, dan berdoa di hadapan Allah. Keadaan mungkin terlihat tidak berubah ketika kita berdoa kepada Allah. Akan tetapi inilah yang Tuhan inginkan dari kita, yaitu bersandar penuh dan percaya kepada-Nya. Lalu dari situlah Tuhan akan membentuk dan mendidik kita hidup di dalam kebenaran dan kekudusan-Nya. Tanpa adanya keinsafan akan dosa, dan kesadaran untuk bersandar kepada Tuhan, tidak mungkin seorang manusia dapat lepas dari hidup yang penuh dengan penyesalan. Karena hanya Tuhanlah yang dapat memimpin dan menyelesaikan segala permasalahan hidup kita.
Marilah kita meminta hati yang bersandar penuh kepada Tuhan! Janganlah kita bersandar kepada pengertian kita. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang setia dan penuh kemurahan. Terpujilah Allah!
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” – Amsal 3:5-6 (SW)