Empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya, Kristus naik ke surga dengan disaksikan oleh murid-murid-Nya (Luk. 24:51; Kis. 1:9). Sesuai dengan janji-Nya, Dia pergi ke surga untuk menyediakan tempat bagi para murid-Nya (Yoh. 14:2). Kita dapat yakin bahwa suatu hari kita akan berada di tempat di mana Kristus berada, karena Kristus sudah pergi ke tempat itu mendahului kita (Ibr. 6:20). Keyakinan ini diperkuat oleh Paulus dalam Efesus 2:6. Sebagai kepala gereja, Kristus naik ke surga dan umat percaya, tubuh-Nya, juga akan mengikuti Sang Kepala ke dalam surga itu suatu hari kelak. Demikian juga dengan fakta bahwa Kristus yang naik ke surga itu adalah Kristus menurut natur manusia-Nya. Manusia Yesus Kristus naik surga, menjadi semacam nubuat bagi manusia yang percaya kepada-Nya, yang dipersatukan dengan-Nya, juga akan naik ke surga seperti Yesus Kristus yang naik ke surga. Di tengah dunia yang penuh keraguan, khususnya mengenai kehidupan setelah kematian, naiknya Kristus ke surga sungguh memberikan jaminan bagi mereka yang percaya kepada-Nya!
Kenaikan Kristus ke surga juga memiliki tujuan yang lain, yaitu agar Kristus duduk di sebelah kanan Allah. Tentu saja, kita tidak dapat membayangkan Kristus duduk dengan Allah Bapa di sebelah kiri-Nya. Allah Bapa tidak berinkarnasi (menjadi daging, bertubuh), melainkan roh yang absolut dan tak terbatas (Yohanes 4:24). Oleh karena itu, kita berbicara tentang Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah secara metafora.1
Kalimat keenam dari Pengakuan Iman Rasuli ini mengingatkan kita kepada Mazmur Daud, "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm 110:1). Louis Berkhof mengatakan bahwa duduk di sebelah kanan berarti Kristus menerima pemerintahan atas gereja dan atas alam semesta, yang diikuti dengan kehormatan dan kemuliaan yang sesuai. Kuasa Kristus yang mutlak ini memberikan jaminan bahwa Kristus akan mampu memelihara Gereja-Nya sampai akhir terlepas dari semua pencobaan dan godaan musuh yang berusaha menghancurkan Gereja-Nya (Rm. 8:34–35; Ibr. 7:25; 8:1). Berkhof melanjutkan bahwa posisi Kristus di sebelah kanan Bapa ini juga berkait dengan Kristus yang terus menjadi Imam bagi kita (Zak. 6:13; Ibr. 4:14; 7:24,25; 8:1-6; 9:11-15,24-26; 10:19-22; 1 Yoh. 2:2). Kristus selalu menjadi perantara bagi Gereja-Nya, memohon agar mereka diterima berdasarkan pengorbanan-Nya yang sempurna. Karya imamat Kristus ini juga memastikan bahwa seluruh doa dan pelayanan dari gereja-Nya, umat yang percaya, didengar dan diterima oleh Allah.2
(MR)
1 Watson, A Body of Divinity, 205.
2 Berkhof, Systematic Theology.

