Bacaan: Ibrani 11:13-16
Kalau kita mengikuti kehidupan Abraham sejak dia dipanggil dari Ur menuju Tanah Perjanjian yang ditentukan Allah, kita dapat melihat bahwa Abraham adalah seorang musafir selama hidupnya setelah keluar dari Ur hingga ia meninggal. Abraham sudah hidup nyaman dan berkecukupan saat ia tinggal di Ur, Mesopotamia. Namun ia meninggalkan semua kenyamanan tersebut dan meresponi panggilan Allah. Padahal ia tidak tahu tempat yang hendak dituju, namun ia taat. Abraham berumur 75 tahun saat ia dipanggil keluar dari Ur, dan meninggal ketika berumur 175 tahun. Artinya selama 100 tahun Abraham mengembara dari satu kemah ke kemah yang lain, Abraham tidak memiliki tempat tinggal yang tetap hingga ia meninggal. Inilah kehidupan seorang musafir. Penulis Ibrani mengatakan dalam 11:13 dan 16, “Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.... Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.”
Sesungguhnya kita pun adalah musafir di dunia ini. Keberadaan hidup kita hanyalah sementara di dunia. Sama seperti Abraham yang terus berjalan menyelesaikan tugasnya menuju Tanah Perjanjian, demikian pula selama kita hidup di dunia ini adalah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Tuhan hingga Ia menjemput kita. Segala anugerah yang Allah berikan adalah alat untuk kita pakai menyelesaikan tugas kita sesuai kehendak-Nya. Kita tidak dipanggil untuk membangun kehidupan yang berakar di dunia ini. Rumah hanyalah satu tempat kita berlindung dari panas matahari dan dingin di malam hari untuk selanjutnya bekerja lagi buat Tuhan.
Mari kita renungkan, apakah yang kita kejar selama hidup di dunia ini? Adakah kita mengarahkan pandangan kita ke sorga dan giat bekerja untuk menunjukkan hidup kita yang sedang menuju ke sana? Marilah kita berjalan bersama dengan para pahlawan iman “yang merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi” menuju rumah kita yang sejati, di Rumah Bapa kita yang di sorga. (DS)

