Siapa sih yang suka orang munafik? Jangankan orang Kristen, orang dunia pun benci dengan yang munafik atau tukang pura-pura. Tidak ada yang suka dengan orang yang pura-pura terlihat baik di depan kita, namun nyatanya berbeda di belakang. Kita bahkan punya julukan untuk orang yang suka berkata-kata bijak namun tidak menjalankan apa yang dia katakan, NATO (No action, talk only). Kita tidak suka dengan kepura-puraan demikian, sebaliknya kita mencari yang murni dan autentik.
Kerinduan akan yang autentik ini diserukan di mana-mana oleh dunia, misalnya sebuah lirik lagu dalam film The Greatest Showman yang meneriakkan, “I am who I’m meant to be, this is me … I’m not scared to be seen, I make no apologies, this is me.”1 Demikian pula film anak-anak seperti Frozen juga menyuarakan, “Let it go, can’t hold it back anymore … here I stand and here I stay.”2 Dunia berteriak bahwa selama ini mereka terkekang. Mereka merasa hidup di dalam masyarakat dengan banyak hal yang ditutup-tutupi dan kepura-puraan. Maka, banyak orang mulai melepaskan semua kepura-puraan dan menjadi autentik.
Orang mencari autentisitas dengan melihat ke dalam diri mereka sendiri–apa yang mereka rasakan, apa yang mereka inginkan, atau apa yang mereka pikir itu benar, itulah diri mereka yang sesungguhnya dan itulah yang autentik yang seharusnya diekspresikan di depan publik. Ekspresi ini paling jelas terlihat di dunia Barat (dan perlahan-lahan anak-anak muda di Indonesia pun mulai terpengaruh). “Ya inilah diri saya: saya memang suka dengan sesama jenis kelamin, aborsi sah-sah saja, seks sebelum nikah kenapa tidak, dan hidup saja dalam satu atap, tidak perlu menikah.” Inilah yang dianggap sebagai diri yang autentik. Makin mereka mencoba menjadi autentik, makin kita dapat melihat bahwa Alkitab sungguh benar: itulah diri manusia yang sesungguhnya, diri yang sudah jatuh ke dalam dosa.
Autentisitas yang dicari-cari malah membawa kepada keberdosaan dan kematian. Padahal, jika kita menginginkan autentisitas yang sesungguhnya, itu hanya didapatkan di dalam Allah yang benar. Ingin menjadi diri yang sesungguhnya dan tidak munafik? Carilah Tuhan yang benar karena jati diri manusia yang asli hanya dapat ditemukan di dalam Sang Pencipta manusia. Kekristenan sesungguhnya menawarkan apa yang selama ini dirindu-rindukan oleh dunia, yaitu autentisitas diri. Bedanya apa? Bedanya adalah autentisitas yang ditawarkan oleh kekristenan adalah autentisitas yang membawa kepada kehidupan kekal dan kebahagiaan sejati. Makin kita mengikuti Tuhan Yesus, makin kita menemukan siapa diri kita sebenarnya dan makin kita bisa menghidupi kehidupan yang utuh, yang tidak berpura-pura, dan yang autentik secara benar sesuai yang asli yang diciptakan oleh Pencipta kita. (IT)

