Mengejar Hikmat

Devotion

Mengejar Hikmat

5 September 2022

Bacaan utama: Amsal 4

Setiap dari kita pasti sering mendengar “lakukanlah yang terbaik, dengan ALL OUT”. Hal inilah yang sebenarnya kita lakukan setiap kali kita mengorbankan energi, waktu, uang, untuk melakukan sesuatu. Kenapa kita mau ‘ALL OUT’? Karena kita tahu, hasilnya pasti ‘worth it’, dan akan membangun diri kita sendiri.

Di Amsal 4:7, Raja Salomo mengatakan, “Permulaan hikmat ialah: perorelah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh, perolehlah pengertian”

Mengejar hikmat Allah bisa memakan energi, waktu, uang, pikiran, dan bahkan bisa menimbulkan opini orang lain tentang apa yang sedang kita lakukan. Tetapi, firman Tuhan di kitab Amsal mengatakan – Kebijaksanaan Tuhan itu bernilai dan layak untuk di kejar. Tertulis di Amsal 1:2-5 bahwa hikmat dan didikan yang mejadikan pandai, serta kebenaran, keadilan, dan kejujuran, juga memberi kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda. Terlebih lagi, Amsal mendeskripsikan hanya orang bodohlah yang menghina hikmat dan didikan (Ams 1:7).

“Orang bodoh lurus dalam jalannya sendiri, tetapi orang bijak mendengarkan nasihat.” (Ams 12:15). Poin ini adalah dasar dari apa yang dunia pada zaman sekarang katakan, “You cannot learn what you think you already know”. Kita tidak akan pernah bisa mengerti alasan mengapa 1+1=2, jika kita merasa lurus dalam pengertian kita sendiri bahwa 1+1=11.

Salah satu ajaran hikmat di Amsal 4 adalah “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.” (Ams 4:23-24).

Banyak orang beranggapan otaklah yang menjadi pusat akan segala perilaku kita, namun Alkitab mengakatan, hati yang menjadi pusat dari kehidupan, segala perilaku dan perkataan kita (Ams 4:23, Luk 6:45). Orang yang melakukan tindakan dari hati yang salah seumpama seorang buta warna yang bersikeras menginterpretasi warna biru adalah warna hitam. Maka, ketika melihat warna hitam, ia akan menginterpretasikannya sebagai warna lain, dan warna lain tersebut sebagai warna yang lain lagi. Ketika dasarnya sudah salah, maka segala yang dilakukan atas dasar tersebut adalah salah dan sia-sia.

Allah berkata “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya” (Mat 6:33). Berkali-kali pula Allah menekankan akan pentingnya kasih yang timbul dari hati dalam mencari pengenalan akan-Nya dan menaati perintah-Nya (Ul 10:12, Ul 6:6, Ul 4:29). Ketaatan yang lahir tanpa keinginan dalam hati untuk melayani Allah adalah kemunafikkan dan sangat tidak disukai oleh Allah (Mat 23:28). Jikalau kita merasa kehausan dan kelaparan kita akan Allah sedang menurun, kita harus menilai kembali prioritas kita, dengan jujur mengakui kesuaman kita, dan dengan sungguh-sungguh berdoa memohon kerinduan baru akan Allah dan perkenan-Nya (Ams 3:5, Rom 5:5). Lalai dalam menjaga hati kita akan mengakibatkan kita menyimpang dari jalan yang aman dan terjebak dalam jerat pembinasaan (Ams 7:24-27). Sedangkan, menjaga hati kita melebihi segala sesuatu menghasilkan hidup yang benar pada jalan yang rata karena perkenan dan kasih karunia-Nya (Ams 4:25-27).

Ketika dalam perjalanan mengejar hikmat menjadi sulit, kita harus ingat kalau Tuhan berjalan bersama kita dan akan meluruskan jalan kita. Amsal 3:6 berkata, “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Teruslah berjalan, dan libatkan Tuhan dalam segala pergumulan yang ada. Selain itu, selalu beri 110% dalam mengejar hikmat Tuhan, karena hikmat Tuhan sangatlah berharga. (FS)