Menantikan Allah

Devotion

Menantikan Allah

19 December 2022

Yesaya 7:14, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”
Mungkin kita sulit untuk mengerti betapa berharga dan pentingnya ayat di atas bagi orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Lama. Penantian mereka akan sebuah atau satu-satunya harapan menjadikan ayat ini memiliki suatu perasaan yang mendalam bagi umat Allah yang hidup pada zaman itu. Untuk kita mengerti persaaan ini mungkin kita dapat membayangkan sebuah situasi di mana hidup dan matinya kita bergantung kepada suatu hal. Tanpa adanya hal tersebut maka seluruh impian dan cita-cita kita hanya akan menjadi mimpi belaka, karena semuanya bergantung dari kehadiran akan hal tersebut. Mungkin hal ini mirip dengan seorang yang sedang mengalami suatu penyakit berbahaya, di mana satu-satunya jalan keluar adalah hadirnya seorang dokter, yang hanya satu-satunya, dapat mengobatinya. Situasi inilah mungkin yang dapat sedikit menggambarkan penantian umat Allah tersebut. Kehadiran Sang Juruselamat yang menjadi harapan satu-satunya hidup mereka. Bukankah mereka akan sangat menanti-nantikan kehadiran Sang Juruselamat ini?
Harapan yang begitu besar kepada hadirnya Kristus adalah sikap atau perasaan yang seharusnya harus tetap ada di dalam diri umat Allah, termasuk dengan kita yang ada pada zaman ini. Tentu saja harapan kita kepada Kristus berada dalam fase yang berbeda dengan umat Allah di Perjanjian Lama. Kita tidak lagi menantikan kedatangan-Nya sebagai Juruselamat, karena Kristus sudah datang dan menyatakan karya-Nya di dalam sejarah. Namun yang kita nantikan adalah penggenapan dari Kerajaan Allah yang dinyatakan sepenuhnya. Kita menantikan Kristus yang datang di dalam kemuliaan-Nya dan menyatakan kemuliaan ini ke seluruh bumi, sehingga seluruh orang akan berlutut dan mengakui-Nya sebagai Tuhan. Penantian inilah yang seharusnya ada di dalam hati setiap umat Allah.
Di dalam masa advent ini, kita perlu kembali merenungkan sejauh apa penantian kita akan penggenapan Kerjaan Allah dan kemuliaan-Nya ada di dalam hati kita. Jangan-jangan yang kita nantikan justru bukan penggenapan Kerajaan Allah, malah penggenapan kerajaan diri. Hal ini akan jelas tercermin di dalam fokus atau prioritas hidup kita. Orang-orang yang menantikan akan penggenapan Kerjaan Allah akan mengutamakan pekerjaan Allah di dalam hidupnya. Kerinduan seorang yang terus menantikan penggenapan Kerjaan Allah, akan dituangkan di dalam setiap aspek kehidupannya. Ia akan mempersiapkan diri untuk memiliki hidup yang mencerminkan seorang warga Kerajaan Allah. Ia tidak lagi sibuk membangun kerajaan diri, karena ia sadar bahwa semuanya itu akan berlalu dan hanya Kerajaan Allah yang akan berlangsung selama-lamanya. Seorang yang merindukan penggenapan Kerajaan Allah juga akan menuangkan kerinduannya di dalam melakukan pekerjaan Allah di dalam dunia ini baik di dalam penginjilan, mandat budaya, dan pelayanan-pelayanan lainnya.
Maka di masa advent ini, marilah kita merenungkan kembali sejauh apakah hidup kita mencerminkan seorang yang sedang menantikan penggenapan Kerajaan Allah. Sudahkah kita benar-benar mempersiapkan diri sebagai seorang warga Kerajaan Allah? Sejauh apakah kita memiliki kerinduan dan mengutamakan pekerjaan Allah dan penginjilan di dalam dunia ini, sebagai wujud nyatakan kerinduan kita akan Allah? Kiranya Tuhan menganugerahkan kita kerinduan akan diri-Nya. (SL)