Lest We Waste Our Salvation

Devotion

Lest We Waste Our Salvation

6 December 2021

Bacaan: Kisah 9:1-19

Kisah Para Rasul 9:1-19 menceritakan secara detail titik conversion dari Paulus. Dalam perikop ini kita dapat mengambil dua tema besar mengenai keselamatan kita. Pertama, bahwa titik keselamatan kita telah dirancang sedemikian rupa oleh Allah. Kedua, bahwa masa depan keselamatan kita pun telah dirancang sedimikian rupa oleh Allah.

Di bagian awal dari perikop ini kita melihat Saulus yang hidup dalam kegelapan. Memburu dan membunuh umat Tuhan, dia adalah orang berdosa yang hatinya dikelabui dengan pemikiran bahwa ia adalah orang benar. Hal ini perlu kita sadari, inilah keadaan kita semua yang tidak diterangi oleh Kristus.

Dalam perjalanannya ke Damaskus ia bertemu dengan terang kesucian Tuhan, di saat itu juga, hal pertama yang ia sadari adalah matanya buta. Manusia yang melihat kesucian Tuhan, akan menyadari betapa kotor dan berdosa dirinya. Dalam kebutaan kita, kita mungkin jatuh dan bingung. Tetapi kita bersyukur bahwa kita tidak perlu sendiri melanjutkan perjalanan kita, karena Tuhan telah mempersiapkan alat-alat-Nya untuk menuntun kita. Seperti Ia pertama memakai Ananias untuk mencelikkan mata Saulus, lalu seiring ia mulai dapat melihat kembali, Roh Kudus yang memenuhi dan memberi dirinya kekuatan.

Namun perubahan Saulus dan keselamatan kita semua tidak berhenti di sana. Roh Kudus memenuhi kita untuk satu hal, yaitu untuk bekerja membangun Kerajaan Allah. Hal ini yang menjadi fokus selanjutnya, bahwa keselamatan kita bukan tanpa tujuan.

“…This man is my chosen instrument to proclaim my name to the Gentiles and their kings and to the people of Israel. I will show him how much he must suffer for my name.” (ay. 15)

Allah memilih untuk menyelamatkan kita supaya kita dilayakkan menjadi alat di tangan-Nya dan hal ini didampingi dengan hidup di dalam penderitaan demi nama-Nya.

Melalui conversion dari Saulus, kita boleh belajar untuk terus waspada dan bersiap. Tuhan telah menyatakan kehendak-Nya bagi kita, dan telah menyelamatkan kita agar kita bisa melaksanakan kehendak itu. Hendaklah kita terus mengingat bahwa kita diselamatkan untuk hidup sebagai umat yang dikasihi-Nya, di dalam penderitaan dan kerja keras di ladang yang disediakan-Nya. (C)