Keputusan Fatal Sarah

Christian Life

Keputusan Fatal Sarah

17 October 2021

Kita pasti sudah akrab dengan kisah Sarah (istri Abraham) yang memberikan Hagar, budaknya kepada Abraham agar supaya mereka mendapatkan keturunan (Kej. 16: 1- 6).  Kisah ini dimulai dari Kejadian 12, di mana Allah memanggil keluar Abraham dari tanah Ur-Kasdim dan menjanjikan kepada Abraham bahwa Ia akan memberikan Abraham keturunan seperti pasir di laut dan bintang di langit banyaknya. Namun hingga 10 tahun dari janji pertama Allah tersebut, tidak juga tampak Sarah akan hamil. Apalagi diketahui bahwa Sarah memang mandul dan telah mati haid. Singkat cerita, Sarah lalu memutuskan memberikan Hagar, budaknya untuk tidur dengan Abraham agar mendapatkan keturunan. Hagar adalah seorang budak yang berasal dari Mesir. Dan benar, Hagar kemudian hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ismael. Namun setelah Hagar mengetahui dirinya hamil dan memiliki anak, ia kemudian memandang rendah nyonyanya itu. Sarah lalu meminta Abraham mengusir Hagar dan Ismael.

Bukankah keputusan yang diambil Sarah ini adalah keputusan fatal? Sedianya Sarah (dan Abraham) berpikir “menolong Tuhan” melalui Hagar sehingga bisa memiliki keturunan. Namun justru yang terjadi adalah malapetaka demi malapetaka yang terjadi. Dari penghinaan yang diterima Sarah, hingga keturunan dari Sarah kemudian bermusuhan dengan keturunan Hagar. Kita tahu dari Kejadian 21 bahwa akhirnya setelah 25 tahun menunggu (dari janji pertama Allah), Sarah mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ishak.

Apa yang dilakukan Sarah, bukankah kita pun sering melakukannya? Kita tidak sabar menunggu waktunya Tuhan untuk menggenapkan rencana-Nya dalam hidup kita. Kita justru memakai cara kita sendiri, seolah kita menolong Tuhan untuk mempercepat penggenapan kehendak-Nya dalam hidup kita. Suatu tindakan yang konyol dan bodoh. Tetapi itu yang kita kerjakan. Kita bukan mendapatkan yang terbaik, tetapi justru kita sedang membangun malapetaka dengan keputusan kita yang fatal tersebut.

Mari kita minta bijaksana kepada Tuhan dalam setiap keputusan yang kita ambil, agar kita tidak mengambil keputusan fatal yang justru akan mencelakakan hidup kita dan sesama kita. Kiranya Tuhan menolong kita.  (DS)