Christmas, Peace, and Truth

Devotion

Christmas, Peace, and Truth

26 December 2022

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang…….. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10:34, 37)
Salah satu pesan yang sering kali didengungkan di masa natal adalah pesan kedamaian. Kita dihimbau untuk berdamai dan menghindari pertikaian satu dengan lainnya. Pertanyaannya, pesan damai seperti apa yang dimaksudkan di sini? Apakah ini berarti kita berdamai dengan segala sesuatu di dalam dunia ini? Sering kali bentuk kedamaian ini menjadikan kekristenan tidak memiliki prinsip. Atas nama kedamaian, banyak orang Kristen yang akhirnya menjadi orang-orang yang tidak berpendirian, tidak berani menyatakan dengan tegas prinsip kebenaran yang mereka percayai. Bahkan atas nama kedamaian, banyak orang Kristen yang kompromi agar lebih diterima oleh orang-orang sekitar mereka. Apakah ini kedamaian yang diajarkan oleh kekristenan?
Matius 10:34, memberikan pernyataan yang tidak mudah diterima banyak orang, termasuk orang-orang Kristen. Banyak orang sulit untuk menerima pernyataan bahwa Kristus datang bukan untuk membawa damai tetapi membawa pedang. Tentu saja pengertian ini tidak bisa kita mengerti secara mentah-mentah, tetapi dengan melihat penjelasan ayat lain, salah satunya, di ayat 37. Di ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas bahwa kita harus mengasihi Allah lebih daripada segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Hal ini berarti kita dipimpin untuk memliki kedamaian dengan Allah bukan dengan dunia berdosa ini. Kita tidak dipimpin untuk berdamai dengan dosa dan segala kejahatan yang ada di dalam dunia ini, tetapi kita dipimpin untuk berdamai dengan Allah dan menyatakan kedamaian sejati ini kepada dunia. Alkitab dengan jelas menyatakan jikalau kita mengasihi dan berdamai dengan dunia ini, maka sesungguhnya kita tidak mengasihi apalagi berdamai dengan Allah. Namun kita dipanggil untuk berdamai dengan Allah, dan menjadi alat di tangan-Nya, membawa dunia ini berdamai dengan Allah.
Maka di dalam natal ini, mari kita kembali merenungkan akan hidup kita. Apakah kita sudah sungguh-sungguh berdamai dengan Allah? Apakah hidup kita sudah mengutamakan Allah dan kebenaran yang dinyatakan-Nya? Apakah kita sudah memberikan takhta hati kita kepada Allah? Hanya dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya pribadi yang bertakhta di dalam hati kita, baru kita merasakan kedamaian yang sejati. Kedamaian inilah yang seharusnya kita sebarkan di dalam dunia ini. Kedamaian yang memiliki topangan prinsip kebenaran. Kedamaian yang membawa manusia untuk hidup di dalam kebenaran dan melawan atau menolak segala bentuk dosa dan kejahatan. Inilah kedamaian yang sejati. Marilah kita memohon Tuhan untuk memberikan kita kedamaian yang sejati dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. (SL)