Mendidik anak tidaklah seperti membuat kue. Kalau membuat kue, kita hanya butuh memiliki resep yang benar, membeli bahan sesuai resep dan peralatan yang diperlukan, mengikuti petunjuk seteliti mungkin, dan jadilah kue yang diinginkan. Walaupun tidak dapat dipungkiri, dalam membuat kue pun masih ada risiko gagal. Bagaikan seseorang yang belajar mengemudikan kapal, dia tidak bisa hanya mempelajarinya melalui sebuah buku pedoman aja. Dia harus belajar mempraktikkan bagaimana mengemudikan kapal itu dengan bantuan seorang pelatih.
Demikian juga dengan hidup kita, Tuhan tidak hanya memberikan Alkitab sebagai buku pedoman untuk menikmati dan memuliakan Allah, tetapi Dia juga memberikan seorang Penolong untuk menolong kita pada saatnya, yaitu Roh Kudus. Tuhan tidak hanya menjanjikan dan menyediakan semua yang kita perlukan dalam hidup kita di dunia, tetapi Dia sendiri hadir menyertai di “kapal” kita. Masalahnya adalah apakah kita mau memberikan kemudi hidup kita kepada-Nya dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya? Inilah pergumulan terbesar manusia, dari kecil sampai lanjut usia: Ini Mauku! Apa jadinya jika kita membuat kue tertentu dengan resep bayangan kita sendiri atau mengemudikan kapal dengan cara kita sendiri tanpa terlebih dahulu belajar dari yang ahli? Apa jadinya hidup kita jika kita tidak mau tunduk dididik dan dipimpin oleh Tuhan Sang Pencipta?
Kita sering kali hanya ingin menjadi pendidik namun tidak rela tunduk untuk dididik. Jika kita mau mendidik orang lain, seharusnya kita terlebih dahulu memberi diri mau dididik. Seorang guru baik sering kali merupakan hasil didikan dari guru yang baik. Jadi, kehebatan seorang guru sering kali diwariskan turun temurun. Dengan kata lain, makin baik guru kita, makin kita berpengharapan menjadi murid yang hebat. Di dalam Alkitab tercatat ada satu tokoh yang lebih daripada hanya sekadar baik, Dia itu sempurna. Dia memanggil kita menjadi murid-murid-Nya. Dialah Tuhan sendiri, yang datang dalam rupa manusia dan tinggal bersama kita, untuk mengajarkan hidup yang benar, hidup yang baik, dan hidup yang berkenan kepada Bapa. Pertanyaannya, apakah hidup kita terlihat orang lain bahwa kita ini murid Kristus? Adakah hal ini menjadi pergumulan utama dalam hidup kita? Kiranya Tuhan menolong kita! (YVW)

