Bacaan: Ibrani 4:1-13
"Duh, kerja terus, aku mau healing dulu deh." Ucapan ini sering kita dengar dan mungkin kita katakan. Memang, istirahat adalah tema yang populer beberapa tahun terakhir. Kata "healing" Atau "me time" kini marak bermunculan di masyarakat. Teknik meditasi dan yoga juga makin sering dipraktikkan. Istirahat atau healing terus dan makin dicari akhir-akhir ini. Manusia zaman ini mendambakan istirahat bagi dirinya, bagi jiwanya.
Sayangnya, kita sering mencari tempat peristirahatan untuk jiwa kita di dalam dunia ini. Kita berpikir pergi ke tempat wisata bisa menjadi istirahat yang sejati. Kita memuaskan diri dengan pemandangan dan pengalaman saat berlibur, sambil berharap mendapat istirahat bagi jiwa kita. Namun, ini adalah kesementaraan. Kita akhirnya harus pergi dari pengalaman itu dan kembali ke keseharian kita yang melelahkan.
Atau mungkin kita berpikir tidur bisa memberikan istirahat bagi jiwa kita. Kita berharap ketika secara biologis kita “beristirahat”, jiwa kita mendapat istirahat yang sejati. Sayangnya, kita pun akhirnya harus bangun dari tidur kita dan sadar bahwa ini bukan istirahat yang sejati. Dari dua contoh ini kita sadar, bahwa dunia ini tidak pernah bisa memberikan kita istirahat yang sejati. Dunia ini tidak kekal, sehingga hati kita, yang di mana Tuhan menaruh kekekalan di dalamnya (Pkh. 3:11), tidak mungkin mendapat istirahat sejati dalam dunia.
Ibrani 4 menjelaskan bahwa Allah yang menyediakan Istirahat bagi umat-Nya. Allah, yang sejak awal penciptaan menetapkan perhentian, mengundang umat pilihan-Nya untuk beristirahat bersama di dalam Dia. Terjemahan KJV ayat 9 dengan jelas menyatakan, “There remains therefore a rest for the people of God.” Hanya Allah yang kekal yang bisa menyediakan dan menjadi peristirahatan bagi hati kita. Ketika kita tidak mencarinya di dalam Allah, hati kita akan gelisah, seperti yang Agustinus katakan, “O Lord, and our heart is restless until it rests in you.” Dan, istirahat ini hanya dimungkinkan ketika hati kita diperbarui di dalam Kristus. Hanya kuasa Kristus yang mampu membawa hati kita ke dalam istirahat yang sejati, yaitu Diri-Nya sendiri. (HC)

