Multidimension of Theology (2): Church Confession of Faith

Christian Life

Multidimension of Theology (2): Church Confession of Faith

16 June 2025

Pada artikel sebelumnya, kita melihat theologi dari dimensi sebagai salah satu sarana dalam mengenal Allah secara personal. Maka pada artikel ini kita akan melihat dimensi theologi yang lebih bersifat communal. Yang dimaksud dari dimensi communal adalah konsensus atau kesepakatan gereja secara komunal di dalam menyatakan apa yang menjadi pengajaran atau pengakuan iman mereka. Walaupun theologi berkembang dari pergumulan individu-individu yang Tuhan bangkitkan dan pakai di dalam sejarah, kebenaran yang digumulkan ini adalah kebenaran yang universal dan berlaku bagi seluruh umat Kristen, bahkan seluruh umat manusia. Tentu saja tidak semua pergumulan individual itu langsung atau dapat menjadi pengakuan iman gereja dan juga dogmatika. Terdapat proses yang harus dilalui seperti konsili gereja, hingga akhirnya menjadi sebuah pengakuan iman yang berlaku bagi gereja secara universal.
Biasanya, perkembangan atau revisi dari pengakuan iman gereja terjadi karena adanya tantangan yang dihadapi gereja pada masa itu seperti munculnya pengajaran yang salah di dalam gereja, atau bisa juga karena tantangan pemikiran dari dunia. Namun sebagai orang Kristen kita percaya perkembangan ini tidak menunjukkan Allah yang tidak konsisten, namun kebenaran yang mungkin selama ini belum kita mengerti, dan akhirnya bisa kita mengerti karena ada situasi yang mendorong kita untuk menajamkan apa yang kita mengerti dan percayai selama ini. Semua ini dilakukan karena kebenaran yang bersifat universal dan juga konsisten. Sehingga melalui konsili-konsili yang ada di dalam sejarah dan yang mungkin juga muncul di masa depan, kita dapat memiliki kejelasan mengenai apa yang kita percayai secara komunal. Tanpa adanya aspek komunal tersebut, maka kekristenan akan menjadi agama yang liar dan kacau karena munculnya berbagai interpretasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Di dalam dimensi komunal ini, kita diajak untuk melihat theologi sebagai satu set kebenaran yang berlaku bukan hanya bagi individu saja, tetapi berlaku bagi semua orang percaya bahkan seluruh ciptaan. Dengan adanya dimensi ini, maka pembelajaran theologi bukanlah pembelajaran yang liar atau subjektif, hanya bergantung kepada individu masing-masing. Tetapi pembelajaran yang harmonis dengan individu-individu lainnya di dalam satu tubuh Kristus, termasuk dengan orang percaya yang ada pada zaman sebelumnya. Semua ini mencerminkan akan pribadi Allah yang tidak berubah, yang terus menopang seluruh kebenaran yang ada di dalam dunia ciptaan ini dari waktu ke waktu. (SL)