Merayakan Sukacita

Christian Life

Merayakan Sukacita

19 December 2016

Tidak dipungkiri lagi, setiap tahun ketika kita memasuki bulan Desember, seluruh dunia, seluruh pelosok jagad raya akan mulai bersiap-siap untuk merayakan hari Natal yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember. Natal bagi orang Kristen adalah merayakan hari lahirnya Yesus Kristus, Sang Juru Selamat.

Ornamen-ornamen Natal sangat akrab dalam pemandangan kita. Baik itu di rumah, di jalan, di mal, di bioskop, di taman, di mana saja, semuanya mengeluarkan ornamen yang dianggap paling menarik dan paling meriah. Bahkan kandang dan palungan Yesus pun bisa dibuat dengan indah.

Pertanyaannya: benarkah merayakan Natal itu identik dengan kemeriahan? Kalau kita membaca kisah di Alkitab tentang kelahiran Tuhan Yesus, bukankah tidak ada suasana kemeriahan di situ? Yang ada adalah kesusahan, kesulitan, dan penderitaan. Bayangkan Maria yang masih sangat muda (ada yang mengatakan usianya di bawah 17 tahun), telah hamil tua. Ia ditemani Yusuf, mencari-cari rumah penginapan walau hanya semalam dengan menahan sakit perut karena mau melahirkan. Tidak ada satu pun orang yang berbelas kasihan untuk menampung mereka. Sehingga pada akhirnya tidak ada pilihan lain, cuma ada kandang, tempat tinggal hewan, yang bisa menjadi tempat penampungan mereka. Oleh karena proses kelahiran yang tidak bisa ditahan, maka lahirlah di kandang hewan itu seorang Bayi mungil.

Adakah tempat tidur mungil, indah, dan bersih buat Sang Bayi ini? Sama sekali tidak ada. Yang ada hanyalah tempat makanan hewan. Di situlah Bayi Yesus dibaringkan dengan beralaskan jerami, bukan kain, bukan matras, bukan kasur, apalagi…spring bed… Yang menyambut Sang Bayi itu adalah mbek-an kambing domba, ringkikan kuda, dan sebagainya. Urusan bersih dan jauh dari kuman?? Mimpi itu… kita tahu bahwa kandang hewan itu pasti kotor dan banyak kumannya.

Jadi di manakah Natal yang penuh kemeriahan? TIDAK ADA, yang ada adalah kesusahan, kesengsaraan, penderitaan, tetapi sekaligus SUKACITA (BUKAN kemeriahan) karena telah lahir Juru Selamat dunia. Itu sebabnya meski di kandang yang hina, malaikat telah datang menyampaikan berita itu kepada para gembala (yang tidak pernah dianggap sebagai orang penting di zaman itu) dan disambut dengan bala tentara sorga memuji Allah:

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk. 2:10-14)

Jadi Saudara-saudariku yang terkasih, marilah kita mengubah cara kita merayakan Natal mulai dari sekarang; bukan dengan kemeriahan tetapi dengan SUKACITA. Kemeriahan jasmaniah tidak pernah memberikan sukacita yang sejati. Tetapi sukacita yang sejati akan memberikan kemeriahan yang sejati di dalam kesederhanaan tanpa tergantung oleh ornamen-ornamen sekitar kita. Selamat Natal! (DS)