Pada artikel-artikel sebelumnya (Tanpa Wahyu, Tidak Tahu), kita belajar bahwa wahyu adalah pernyataan diri Allah di dalam dunia ini. Tanpa Allah yang mewahyukan diri-Nya, pengenalan akan Allah adalah mustahil. Kekristenan sendiri mengakui bahwa Allah yang sejati adalah Allah Tritunggal. Maka, wajar jika muncul pertanyaan: Bagaimana kita tahu bahwa Allah Tritunggal itu nyata? Di mana kita bisa melihat bukti bahwa pengakuan ini benar dan bersumber dari Allah yang sejati, bukan hanya sekadar konsep atau keyakinan kosong?
Jika Allah benar-benar menyatakan diri-Nya sebagai Allah Tritunggal, tentu ada jejak-Nya dalam dunia ciptaan ini. Sebab dunia ini bukan sekadar tempat manusia hidup, melainkan seluruh karya Allah sendiri—ciptaan yang membawa tanda-tanda keberadaan Penciptanya.
Sekarang mari kita perhatikan hal sederhana di sekitar kita. Setiap benda yang kita lihat hanya bisa ada jika memiliki bentuk tiga dimensi, ada panjang, lebar, dan tebal. Masing-masing berbeda, tetapi ketiganya tidak bisa dipisahkan. Tanpa salah satu dimensi, benda itu tidak akan nyata. Kehadiran mereka yang saling melengkapi itulah yang membuat sesuatu benar-benar ada di hadapan kita. Tidakkah ini mengingatkan kita pada Allah Tritunggal?
Tentu, ini hanya gambaran kecil yang sangat terbatas. Namun melalui hal sederhana seperti ini, seolah Allah sedang berbisik kepada kita, “Lihatlah ciptaan-Ku. Aku hadir di tengah-tengahnya. Aku meninggalkan jejak-Ku di sana.” Dalam hidup ini, kita tidak pernah benar-benar menemukan sesuatu yang hanya satu dimensi atau dua dimensi. Bahkan kertas yang paling tipis pun tetap memiliki ketebalan. Ini bukan kebetulan, karena melalui ciptaan, Allah sedang meneguhkan iman kita. Ia menunjukkan bahwa pengakuan iman Kristen bukan sekadar konsep atau keyakinan kosong, tetapi selaras dengan kenyataan dunia.
Maka, ketika kita memandang benda-benda sederhana—seperti gelas di meja, buku di rak, atau bangunan yang menjulang—semua itu bisa menjadi pengingat halus akan Allah Tritunggal yang menciptakan segala sesuatu. Dalam kesederhanaan ciptaan, Allah telah meninggalkan jejak-Nya. Dari hal ini kita sadar bahwa dunia ini penuh dengan pesan yang membawa kita kembali beriman kepada Allah yang sejati yaitu Allah Tritunggal.
Allah yang tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui firman dan sejarah, tetapi juga melalui hal-hal kecil yang kita temui setiap hari. Oleh karena itu, kita patut bersyukur kepada Allah karena melalui wahyu-Nya—baik dalam iman maupun dalam ciptaan—kita dikuatkan untuk percaya dan hidup dalam pengenalan akan Allah yang sejati yaitu Allah Tritunggal yang hidup dan nyata di tengah-tengah dunia ini. Puji Tuhan!

