Keberdosaan Seorang Anak

Devotion

Keberdosaan Seorang Anak

26 February 2024

Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. (Kej. 9:22)

Ham adalah pemuda yang selamat dari murka Allah yang melanda dunia melalui air bah. Tentu ini dapat terjadi karena ketaatannya mengikuti arahan orang tuanya, Nuh, yang menaati Allah. Sama seperti kita saat ini, kita boleh merasakan sukacita keselamatan dari Allah pun mayoritas karena ada orang tua yang terlebih dahulu mengenalkan kita pada Allah. Sayangnya, orang tua kita bukanlah orang yang luput dari dosa; sama seperti Nuh yang adalah orang benar namun juga tidak luput dari dosa, karena seluruh umat manusia telah jatuh di dalamnya.

Kita mungkin tidak pernah mengalami secara persis apa yang Ham alami, tetapi sering kali respons yang sama kita kerjakan ketika kita melihat dosa atau kesalahan yang orang tua kita kerjakan. Perhatikanlah perbedaan antara tindakan Ham, Sem, dan Yafet pada Kejadian 9. Mengapa Ham tidak menghormati ayahnya dengan mengambil tindakan yang sama seperti Sem dan Yafet ketika ia melihat kejadian itu? Hal pertama yang ia lakukan adalah keluar dan menceritakannya kepada saudaranya. Bahkan menurut tafsiran Matthew Henry, ia melakukannya dengan kesenangan dan sikap merendahkan.

Apakah kita melihat kesamaan pola dalam diri kita? Seberapa sering kita melihat keberdosaan orang tua kita dan merendahkan mereka? Seberapa sering kita “curhat” kepada teman-teman kita akan kesalahan dan kekurangan orang tua kita? Adakah kita senang ketika orang tua kita jatuh pada kesalahan yang ia juga tegur kepada kita dan berkata “tuh kan kalian juga sama saja!”. Inilah keberdosaan seorang anak. Kita mungkin tidak berpikir bahwa menceritakan kesalahan atau kekurangan orang tua kita sebagai hal yang serius. Tetapi dengan hati yang seperti apakah kita memandang dan menceritakannya? Hati yang merendahkan dalam bentuk kesal, memaki, atau senang akan itu; atau hati yang bersedih akan keberdosaan itu dan berdoa bagi mereka? Sem dan Yafet begitu menghormati ayahnya hingga berusaha sedemikian rupa menutupi aurat ayahnya sambil berjalan mundur agar tidak melihatnya. Pemuda Kristen yang benar akan menemukan cara untuk tetap menghormati dan mengasihi orang tuanya di dalam kekurangan yang ia temukan. Bukan dengan membiarkan ataupun mengumbar dosa/kekurangan orang tua kita, tetapi dengan penuh hormat dan kasih mencari jalan keluar agar mereka sadar akan hal itu. Tindakan Ham pada akhirnya hanya membawa kutuk bagi diri dan keturunannya. Kiranya Tuhan berbelas kasih bagi kita untuk mampu berubah dan berespons seperti Sem dan Yafet yang diberkati. (RP)