Kapal Yang Karam

Christian Life

Kapal Yang Karam

9 January 2017

Siapa yang tidak tahu tentang kisah kapal Titanic? Sebuah kapal penumpang super dari Britania Raya yang karam di Samudra Atlantik Utara pada tanggal 15 April 1912 setelah menabrak sebuah gunung es pada pelayaran perdananya dari Inggris menuju New York City. Kisah nyata karamnya kapal ini diangkat ke dalam sebuah film layar lebar berjudul Titanic oleh sutradara James Cameron, dan hingga kini film tersebut telah hampir ditonton di seluruh dunia. Film ini menceritakan seorang arsitektur kapal Titanic yang begitu yakin akan kapal buatannya yang dikatakan tidak akan bisa tenggelam karena begitu kokoh dan megah. Ia meyakini akan rancangannya yang tidak luput dari kata sempurna, bahkan ia berani berkata “Tuhan pun tak sanggup menenggelamkannya”. Namun faktanya, Tuhan berbicara lain. Ia menenggelamkan kapal megah itu setelah menabrak gunung es di tengah samudra. Ya... Tuhan menenggelamkan kesombongan sang arsitek bersama dengan kapal super buatannya.

Bercermin dari film Titanic tersebut, kita pun sebagai manusia tak lepas dari kesombongan. Kita merasa diri lebih hebat, dapat melakukan segala hal, sehingga kita menganggap rendah orang lain. Tanpa disadari, di dalam kesombongan kita menganggap diri ini lebih hebat dan lebih berkuasa dibandingkan Allah. Kesombongan timbul karena kita adalah manusia berdosa, bahkan kesombongan dikatakan sebagai mother of sin. Dosa membuat diri kita merasa lebih superior dan menyamakan status dengan Allah ataupun membuat pusat hidup kita sebagai allah. Pernahkah kita merenungkan hal apa di dalam diri yang menjadi kesombongan kita? Kepintaran-kah? Kecantikan-kah? Kekayaan-kah? Atau apa? Lalu apa konsekuensi dari kesombongan? Alkitab mencatat kesombongan raja Saul mengakibatkan dia berkali-kali berusaha membunuh Daud. Kesombongan Absalom mengakibatkan ia nekat mengudeta Daud, menghampiri gundik-gundik ayahnya, dan tewas saat berperang. Kesombongan mengakibatkan kematian fisik pada beberapa orang, namun hal ini tidak seberapa dibandingkan dengan kematian rohani yang disebabkan oleh kesombongan. Sadarkah kita bahwa ketika kesombongan menguasai diri kita, maka selain kematian rohani, sesungguhnya Allahlah yang akan menjadi lawan kita?

Allah menetapkan diri-Nya menentang orang yang sombong. Rasul Petrus berkata “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Oleh karena itu, kunci untuk menaklukkan kesombongan ialah kerendahan hati. Bagaimana kita dapat memiliki kerendahan hati? Kerendahan hati berawal dari diri yang mau tunduk kepada Allah dan terus memperlengkapi diri dengan kebenaran firman. Terus belajar kebenaran firman bukanlah berarti menjadikan kita pintar sebatas pengetahuan saja dan tidak mampu mengaplikasikannya. Kalau kita mempelajari Alkitab hanya untuk menambahkan pengetahuan, kita bisa terhanyut dalam kesombongan rohani. Biarlah kita membiarkan diri ini dipimpin oleh Roh Kudus, dituntun melewati liku-liku kehidupan, dan dimampukan untuk melayani Allah maupun sesama di dalam kasih dengan segala potensi yang sudah Ia berikan. Orang yang takut akan Tuhan akan senantiasa memiliki kerendahan hati. Ia sadar bahwa di dalam hidupnya tidak ada satu pun hal yang boleh ia sombongkan karena semua yang dimilikinya adalah anugerah dari Allah. Marilah kita mengembalikan seluruh hidup kita kepada kedaulatan tangan Allah, karena Ia-lah yang berhak mengontrol hidup kita. Jangan biarkan kesombongan, membuat hidup kita karam dan dibuang Allah. (MVS)