"Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib." - 2 Petrus 1:3
"Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!" - Pengkhotbah 11:9
Semua orang tahu lah kalau hidup itu anugerah Tuhan. Paling nggak, kita – sebagai orang Kristen – setuju terhadap pernyataan itu. Tapi coba kita pikir baik-baik. Emang bener? Kalau emang benar kita sadar hidup itu anugerah dan (kita) menerima anugerah itu, bukankah harusnya kita bersukaria dan menjaganya. Well, jujur saja pada diri kita sendiri. Respons kita beda. Kita sering melupakannya kok, bahkan sadar pun nggak kali, ya.
Coba kita jabarkan anugerah apa yang kita punyai: firman Tuhan yang ajaib, persekutuan hangat dalam gereja, berbagai macam kesempatan pelayanan, keluarga, teman, kuliah/sekolah, kebebasan, dan masih banyak lagi seharusnya. Pertanyaan yang sama muncul lagi: apa kita ingat dan dengan penuh kesadaran memperlakukan semua anugerah ini seperti menjaga intan permata? Jawaban jujur [lagi]: mungkin sekali tidak.
Kebayang nggak sich semua itu diberikan Tuhan dengan cuma-cuma kepada kita biar kita dapat berelasi dengan benar di hadapan-Nya? Setiap kesempatan atau kejadian yang sangat natural atau rutin terjadi [jujur] nggak kita lihat lagi sebagai anugerah yang merupakan pemberian Tuhan. Sampai berapa lama ya kita mau kayak gini? Perlu anugerah sih buat sadarin kita akan hal ini. Perlu anugerah yang besar supaya kita nggak melupakan anugerah-Nya dan meresponinya dengan benar. Apakah kita sadar akan anugerah ini – anugerah untuk mengerti dan meresponi anugerah? Miserere nostri. [TH]

