"Pada tahun yang kedua zaman raja Darius, dalam bulan yang keenam, pada hari pertama bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya: "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!". Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?" - Hagai 1:1-4
Bacaan Tambahan: Bilangan 12:7, Yosua 24:15
“Gereja itu kayak angkot”, begitu benak saya memulai pembicaraan imajinatifnya. Maklum, ia (benak saya) sering kesepian sewaktu saya duduk terlalu lama di dalam angkot menuju rumah. Ia terpicu setelah mendengar omelan Mang Supir di depan yang kesal karena penumpang naik dan turun sesuka mereka. Wajar, angkutan itu memang angkutan jarak jauh. “Kalau mau turun yang deket-deket, ya naik angkot jurusan lain yang searah ajah atuh”, yah kira-kira begitulah gumam si Mang Supir.
Gereja pun sering mirip angkot, hanya sebatas tumpangan. Ga setuju? Pasti. Tapi perlakuan kita justru ngomong begitu. Di dalam rancangan masa depan hidup kita, perkembangan gereja ada di urutan ke berapa? Gereja hanya menjadi salah satu dari sekian banyak aktivitas kita kan? Dia itu kayak orang yang lagi antre buat dapetin jatah perhatian kita sambil sikut-sikutan sama aktivitas-aktivitas kita yang lain. “Kasian amat gereja, kayak lagi rebutan sembako”, mungkin itu yang langsung terlintas di otak kita. Tapi realitasnya memang kita yang jadi tokoh utamanya, dan gereja hanya salah satu tumpangan sajah.
Yoi, yang saya katakan gereja di sini itu institusi gereja. Saya pertegas karena kita sering dengan sengaja membuatnya bias. Tuhan emang ga pernah pisah-pisahin antara konsep gereja dalam arti luas dengan bentuk fisiknya. Institusi gereja ternyata dinyatakan sebagai manifestasi dari keseluruhan Gereja Tuhan di sepanjang zaman. Tuhan pakai bahasa yang sangat literal. “Oh, jadi lu bilang belum saatnye bangun rumah Gue? Padahal rumah lu udah beratep, lah, rumah Gue? Temboknye aje kagak ade.” Kalau-kalau Tuhan berbahasa Betawi, mungkin kira-kira Dia bilang begitu sambil melintir kumis gaya Bang Jampang.
Alkitab mengatakan kalau Rumah Tuhan memang harus menjadi pusat dari seluruh kehidupan umat Tuhan. Ia menjadi bahan pertimbangan dan tujuan yang terutama dari setiap komponen umat Tuhan. Ga ada pernyataan yang lebih indah dari pernyataan Yosua berkenaan dengan hal ini; bahwa dia dan seluruh apa yang ada sama dia cuman buat segenap Rumah Tuhan . Sama seperti Musa , apa yang Yosua rancang dalam cita-citanya hanyalah demi setia membangun Rumah Tuhan. Mari jujur di hadapan Tuhan, apakah gereja itu dalam rancangan hidup sekarang? (NT)

