Terhilang Dari Dukungan Dan Kehadiran Allah

Dosa dan Keterhilangan (Part 5/5)

Terhilang Dari Dukungan Dan Kehadiran Allah

8 January 2015

Akibat dari keterpisahan dari Allah menyeret keberadaan orang berdosa ke dalam status keterhilangan - terhilang dari dukungan dan kehadiran Allah. 

Pertama, dosa menyebabkan manusia kekurangan kemuliaan Allah. Konsep Augustinian bahwa dosa adalah kurangnya kebaikan harus lebih dimengerti sebagai akibat dosa dalam manusia daripada sebagai penafsiran dari dosa itu sendiri. Ketika dosa muncul, kemuliaan Allah langsung meninggalkan manusia. Ini berarti manusia kehilangan hak istimewa sebagai wakil Allah dan reflektor kemuliaan-Nya. Hilangnya kemuliaan Allah dari manusia membuat manusia berada dalam suatu kondisi yang sangat menyedihkan. Manusia akan hidup tanpa hormat dan kemuliaan, pendidikan tanpa kebenaran, hak-hak manusia tanpa nilai kebaikan, pengetahuan tanpa hikmat, pernikahan tanpa kasih, dan pengetahuan tanpa hati nurani, kebebasan tanpa kendali. Inilah yang terefleksi dalam Kitab Yehezkiel, bahwa kemuliaan Allah sirna secara perlahan-lahan dan meninggalkan Bait Allah. Ini berarti penghukuman Allah sudah dekat, akhir dunia sudah berada di ambang pintu.

Kedua, dosa menyebabkan manusia kehilangan identitas universalnya. Keterpisahan dari Allah menyebabkan umat manusia menjadi keberadaan yang terhilang, yang ditentukan untuk merasa penat dan kalut oleh keberadaannya yang tidak memiliki dasar dan kebebasannya yang tanpa kendali.

Ketiga, dosa menyebabkan manusia kehilangan martabat rohaninya. Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan pada hari penciptaannya sebagai dasar dari konsep moral dan aksiologis, yang membentuk martabat manusia. Ketika dosa terjadi, dosa memutus kesatuan manusia dan Allah sehingga martabat manusia sekadar menjadi ide tanpa realitas.

Keempat, dosa menyebabkan manusia kehilangan keamanan batiniahnya. Manusia diciptakan bagi Allah dan hanya mendapatkan kedamaian dan keamanannya dalam Allah sendiri. Ketika terjadi pemisahan, sirnalah kedamaian kita.

Kelima, dosa menyebabkan manusia kehilangan tujuan kekalnya. Allah bukan hanya sumber awal kita, namun juga tujuan akhir kita. Secara potensi, diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah berarti bahwa manusia diciptakan untuk menjadi seperti Allah. Secara theologis, tujuan akhir hidup manusia adalah hidup bagi Dia. Ketika dosa terjadi, umat manusia kehilangan tujuan kekal.

Bukan hanya itu saja, keterhilangan juga terjadi pada para pendosa itu sendiri. Manusia terhilang dari hadirat Allah untuk selama-lamanya. Manusia terhilang dari sumber kebenaran, keadilan kasih, dan berkat kekal selama-lamanya. Akibat dosa jelas sangat menakutkan. Penghakiman Allah akan dijatuhkan atas para pendosa, kemudian kematian kedua, yang disebut Alkitab sebagai “neraka” - tempat terkutuk yang kekal, di mana kasih dan kebenaran, hadirat dan kekudusan Allah tidak ada.

Kesimpulan
Hendaklah semua orang percaya, kaum Injili di seluruh dunia, menegaskan kembali keseriusan fakta dan akibat dosa, sebagaimana yang diajarkan di dalam Alkitab. Penegasan kembali ini sangatlah mendesak dalam era post-liberal dan postmodern ini, baik secara theologis maupun sosiopolitis. Dengan keyakinan yang mendalam akan kebutuhan para pendosa akan keselamatan, dan perhatian yang mendalam dan menggebu-gebu untuk mengasihi para pendosa, hendaklah kita dengan penuh iman mewartakan Injil ke dunia yang berdosa ini. “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!” Kata-kata pengantar yang luar biasa dari Injil ini tetap berlaku sampai akhir zaman. Mari kita berseru, “Bertobatlah hai umat, koyakkan hatimu, bukan jubahmu!” kepada para pemimpin dan orang-orang di dunia! Tinggikan salib Kristus yang menjadi pengharapan satu-satunya dari umat manusia, agar Roh Kudus mengiluminasikan generasi kita untuk menerima Kristus. Biarlah seluruh makhluk dengan rendah hati mengaku dosa di hadapan Allah, untuk membuka kembali pintu sorga dan memohon belas kasih dan pengampunan dari-Nya, yang tentunya akan menyembuhkan dunia yang berdosa.

Layaklah Anak Domba yang telah disembelih itu! Kemuliaan bagi-Nya untuk selama-lamanya!


Disadur dari Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong, tahun 1989 pada acara Laussane Congress di Manila