Dalam Artikel Multidimension of Theology (1): Means of Knowing God, kita belajar bahwa sebagai orang Kristen zaman ini, kita tidak boleh memisahkan antara pembelajaran buku-buku theologi dan pembacaan Alkitab. Pembelajaran theologi bukan menjadi milik pendeta saja, tetapi kita sebagai orang Kristen. Theologi menjadi tulang punggung dan perenungan pribadi seseorang dalam pembacaan Alkitab menjadi daging, yang melalui kuasa Roh Kudus menggerakkan hati orang percaya untuk mencintai dan hidup bagi Tuhan.
Api cinta yang benar tidak pernah membuat orang memberikan setengah-setengah. Api cinta yang benar adalah api cinta yang utuh, sepenuhnya dari diri kita kepada Tuhan. Api cinta yang menghasilkan dorongan untuk dekat, makin mau mengerti, dan memelihara relasi dengan Tuhan. Seperti ada hal, yang membuat kita terus bersemangat mengejar untuk makin mengerti dan menceritakan tentang Tuhan dalam hidup ini. Inilah api cinta, tidak terbendung, tidak tertahankan, dan menginginkan makin mengenal diri Tuhan itu sendiri.
Api cinta kepada Tuhan ini yang membuat seseorang terus terdorong untuk belajar mengenal Allah lewat Alkitab dan pembelajaran theologi, dan memelihara setiap kebenaran yang dia terima. Tanpa api cinta yang membara, pembacaan Alkitab dan pembelajaran theologi akan menjadi kaku dan mati pada akhirnya.
Dan inilah yang Paulus ingatkan kepada muridnya, Timotius. Paulus berkata, “Hai Timotius, peliharalah apa yang dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan yang pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan, karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!“
Paulus ingin agar Timotius memeliharakan semua yang dipercayakan kepadanya. Paulus ingin Timotius memelihara hati dan pikiran yang hanya mengasihi Tuhan. Paulus ingin Timotius terus memelihara dan mengejar pengenalan akan Tuhan melalui Alkitab dan theologi, agar dia teguh berdiri, tidak terguncang, dan menjadi pemuda beriman pada masanya. Seakan-akan Paulus mendesak Timotius, peliharalah hati dan pikiran untuk Tuhan! Jangan engkau menyimpang!
Paulus pun mengingatkan, jika engkau, Timotius berhasil berdiri tegak dan tidak menyimpang dalam semuanya, itu semua karena penyertaan kasih karunia Tuhan. Timotius harus berusaha? Tentu. Tetapi kekuatan dan kesetiaan dalam memelihara semuanya itu asalnya dari Tuhan. Angin dunia terlalu kencang menggoncangkan akar iman anak-anak Tuhan. Bila bukan Tuhan yang memberi kekuatan dan kesetiaan, maka tiupan selembut apa pun dari dunia mampu menumbangkan iman dan mengacaukan hati anak Tuhan di setiap zamannya.
Lalu, bagaimana dengan kita? Paulus juga memberikan pesan yang sama kepada kita. Seakan-akan dia berkata, “Hei anak muda! Ya kamu! Pelihara semua yang dipercayakan kepadamu dari kecil! Pelihara hatimu yang hanya mengasihi Tuhan! Pelihara kerinduanmu untuk terus mengenal Tuhan lewat Alkitab dan pembelajaran theologi! Pelihara api cintamu yang hangat dan menggebu-gebu itu bagi Tuhan! Sekali lagi, pelihara hatimu, imanmu, dan theologimu! Agar apa? Agar kamu tidak goncang di zaman ini. Tidak bergeser. Tidak lagi kehilangan arah. Tidak lagi buta, tetapi sungguh-sungguh mengenal, beriman, dan berjalan dalam terang firman Tuhan di zaman ini.”
Seperti Timotius, mari kita memelihara apa yang telah Tuhan percayakan, yaitu cinta, theologi, dan keteguhan iman pada zaman ini. Mintalah agar setiap hari Tuhan mengingatkan perbuatan tangan-Nya dalam hidup kita, membangkitkan cinta yang hangat di hati kita, dan menuntun kita makin dekat kepada-Nya setiap hari dalam pembacaan Alkitab dan pengejaran pembelajaran theologi yang ada, sehingga kita setiap hari makin utuh dalam mengasihi Dia, Tuhan Allah kita yang sejati! (DB)

