Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata “berhala”? Kita mungkin berpikir bahwa berhala adalah kumpulan patung dengan berbagai bentuk dan rupa, yang kepadanya kita sembah dan berikan sesajen agar kita mendapatkan pertolongan, penghiburan, bahkan keselamatan. Tetapi pada kenyataannya, berhala tidak hanya berupa patung saja. Berhala juga dapat berupa uang, cinta, seks, kekuasaan, kesuksesan, atau segala sesuatu yang ada di dalam dunia, yang dapat menggantikan posisi Allah sebagai Tuhan atas hidup kita.
Keinginan hati
Dalam hidup ini, tentunya kita memiliki keinginan yang ingin dipenuhi, seperti keberhasilan di dalam perkuliahan, karier, atau memiliki sebuah keluarga yang baik. Untuk mencapai hal ini kita rela mengusahakan segala cara dan juga rela mengorbankan banyak hal dalam hidup kita. Sering kali tanpa disadari, keinginan hati ini telah berubah menjadi berhala. Mengapa bisa demikian? Karena seluruh fokus pengejaran hati kita bukan lagi kepada Tuhan, melainkan kepada keinginan hati kita sendiri.
Cinta
Setiap manusia tentu mendambakan cinta sejati. Hal ini tertuang dalam lirik lagu, puisi, atau kisah percintaan yang dapat kita saksikan di film-film. Cinta dapat menjadi berhala dalam hidup kita. Ketika kita menemukan seseorang yang kita cintai, sering kali hati kita dengan segera akan kita ikatkan pada orang tersebut. Bahkan tidak jarang pengejaran akan cinta berujung hanya pada upaya untuk mendapatkan kepuasan seks. Meminjam istilah dari Ernest Becker, hal ini kita sebut sebagai “romantika menghancurkan”. Kita bergantung pada seks dan romantika untuk mendapatkan makna lebih tinggi yang biasanya kita dapatkan melalui iman kepada Tuhan. Kehilangan orang dicintai sering kali membuat kita kesulitan dan merasa ada kekosongan hati dalam hidup ini. Hal tersebut adalah karena hati kita sudah diisi oleh cinta kepada orang tersebut dan bukan diisi oleh keberadaan Tuhan.
Uang
“Uang adalah segala-galanya”, kita tentu pernah mendengar ungkapan ini, bahkan sebagai orang Kristen, kita mungkin juga mengamininya. Kita berusaha untuk mendapatkan dan memikirkan cara-cara yang dapat digunakan untuk memperoleh lebih banyak uang. Melalui uang yang diperoleh, kita menggunakannya untuk memenuhi segala hawa nafsu kita. Kita menjadi serakah dan iri kepada orang yang memiliki lebih banyak uang daripada kita. Uang adalah salah satu berhala yang paling umum yang ada di dalam dunia. Ketika uang telah mengikat hati kita, uang akan mengontrol hidup kita, sehingga kita mengutamakan uang di atas segalanya. Bahkan kita bisa lebih mengutamakan uang daripada Tuhan, mengutamakan mencari uang daripada mencari Tuhan.
Kesuksesan
“Keberhasilan adalah candu di zaman kita”, demikan kata Mary Bell. Harus diakui bahwa kesuksesan yang kita peroleh sering kali menghasilkan perasaan bahwa kitalah penyebab dari kesuksesan kita. Kita menganggap bahwa dengan seluruh kemampuan, kebijaksanaan, kekuatan, dan kinerja kita, kita dapat memperoleh semua ini. Hal ini menghasilkan satu kepercayaan diri yang besar dan tidak jarang membuat kita merasa lebih superior daripada orang lain. Kita menjadi allah bagi diri kita sendiri. Melalui kesuksesan yang diperoleh, kita membangun harga diri kita, sehingga kita terus mengejar kesuksesan ini. Pada akhirnya, hal ini menjadi seperti candu di dalam hidup kita. Ketika kita tidak mencapai satu keberhasilan, maka dengan segera perasaan takut segera menghampiri kita, karena seluruh keberadaan kita telah diletakkan dalam kesuksesan yang kita peroleh. Kita tidak lagi meletakkan keberadaan diri kita di hadapan Tuhan.
Kuasa dan Kemuliaan
Ini merupakan salah satu berhala yang sering tidak disadari ketika kita memiliki kekuasaan dalam hidup kita. Kekuasaan bisa hadir dalam berbagai bentuk, seperti kekuasaan di dalam pemerintahan, perusahaan, organisasi, dan sebagainya. Seperti halnya kesuksesan, kita berpikir bahwa kekuasaan yang kita peroleh adalah hasil usaha kita. Hal ini terkadang membuat kita menjadi begitu arogan, sombong, semena-mena terhadap orang yang berada di bawah kekuasaan kita. Tetapi di saat yang bersamaan kita juga memiliki rasa takut dan khawatir bahwa kekuasaan yang kita miliki akan direbut atau diberikan kepada orang lain. Kita berupaya dengan sangat keras untuk mempertahankan kekuasaan kita. Kita tidak menyadari bahwa segala kuasa dan kedudukan yang kita miliki adalah semata-mata titipan Tuhan.
Berhala begitu tersembunyi di dalam hidup kita dan terus memengaruhi pikiran serta perasaan kita. Harus kita akui bahwa sebagai orang Kristen sering kali cara berpikir kita masih merupakan cara berpikir dari dunia ini. Bahkan tidak jarang kita melihat segala kebaikan, kemurahan, kesabaran, kedaulatan Tuhan dengan cara yang salah. Kita sering menyalahkan Tuhan atas apa yang telah Ia lakukan bagi kita.
Inilah berhala-berhala yang ada dalam hidup kita, yang kepadanya kita terus menaruh pengharapan, rasa aman, sukacita, dan sebagainya. Namun sesungguhnya, berhala tidak memberikan apa pun yang kita harapkan. Yang ada hanyalah sebuah kekecewaan belaka. Maka, marilah kita sekali lagi datang di hadapan Tuhan, meminta pertolongan daripada-Nya untuk memimpin kita di dalam menyelidiki hati kita yang terdalam, supaya kita boleh menemukan berhala-berhala yang ada dalam hidup kita. Dengan demikian, kita boleh bertobat dan kembali kepada Tuhan, yang kepada-Nya kita boleh berharap, sebab dari Dialah seluruh keberadaan kita dan apa yang ada pada kita. Kiranya Tuhan senantiasa bertakhta atas seluruh kehidupan kita. (S)
* Refleksi dari Counterfeit Gods, karangan Timothy Keller (Penerbit: Literatur Perkantas Jatim).

