Bagaimana Saya Mengetahui Bahwa Pertobatan Saya Sejati?

oleh John Piper

Bagaimana Saya Mengetahui Bahwa Pertobatan Saya Sejati?

19 August 2015

Saya takut bahwa saya telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Bagaimana saya mengetahui bahwa pertobatan saya adalah pertobatan yang sejati, dan bukan lahir dari kepicikan hati yang memberikan keyakinan palsu dengan berkata bahwa saya sedang berada di jalan yang benar bersama Tuhan?

Hal di atas terlihat sebagai dua pertanyaan yang berbeda bagi saya. Mari kita lihat jika saya dapat menjawabnya secara terpisah dan kemudian mencoba untuk menemukan hubungan di antara keduanya. “Saya takut bahwa saya telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni” adalah satu hal. Kekhawatiran bahwa pertobatan kita bukanlah pertobatan yang sejati dan bahwa hati kita sedang memberikan keyakinan yang palsu, adalah sebuah masalah bagi banyak orang tanpa merujuk kepada dosa yang tidak dapat diampuni sama sekali.

Dalam kata lain, setiap saat kita akan bertanya, “apakah saya bersungguh-sungguh? Apakah saya sedang bermain-main? Apakah saya hanya mewarisi kekristenan dari orang tua saya? Apakah iman saya sejati?” Dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin akan menyelesaikan pertanyaan yang pertama.

Ketika sebuah pertanyaan muncul, “Apakah iman saya sejati?” – yang memang seharusnya ditanyakan, karena Alkitab berkata, “Ujilah dirimu sendiri untuk melihat, apakah kamu tetap di dalam imanmu” – jawaban atas pertanyaan tersebut hampir tidak dapat ditemukan dengan jenis kepastian kepuasan-jiwa yang Anda inginkan dengan mencari dan mengupas bawang yang ada di dalam hati Anda.

Jonathan Edwards menelanjangi saya pada tahun 1971 dan 1972 ketika saya sedang membaca bukunya “Kasih sayang yang religius” (Religious Affections). Saya dapat mengingat beberapa malam di mana di dalam bab Kerendahan Injili (Evangelical Humiliation), dia mulai mengupas kembali lapisan bawang dalam jiwa saya.

Dia akan berkata, “Jadi engkau berpikir bahwa engkau adalah seorang yang rendah hati? Bagaimana jika engkau membanggakan diri di dalam kerendahan hatimu?” dan engkau mengakuinya, “Ya, aku mungkin berbangga dalam kerendahan hatiku.” Dan dia akan bertanya, “Jadi, bagaimana jika pengakuanmu bahwa engkau membanggakan diri di dalam kerendahan hatimu adalah sebuah sandiwara, dan engkau tetap berbangga di dalam kerendahan hatimu?”

Dia memberikan pertanyaan demi pertanyaan yang membuat Anda menyadari, “Tidak ada pusat dari bawang ini.” Anda mengupas dan mengupas dan mengupas, dan kupasan yang terakhir hanyalah akan menghilang, karena Anda dapat selalu bertanya kepada diri sendiri, “Bagaimana engkau tahu?” Anda dapat selalu meragukan diri Anda sendiri. Tidak ada jalan, bagi analisis diri yang sia-sia, untuk sampai pada sebuah titik di mana Anda dapat melihat pada suatu hal dan berkata: “Pasti Sejati!” karena otak manusia selalu memiliki kemampuan untuk meragukan segala sesuatu.

Jadi, di dalam dunia ini, dari manakah jaminan itu datang? Jawabannya adalah bahwa meskipun introspeksi diri dianjurkan dan menyadarkan kita akan satu hal, inti dari jaminan itu datang ketika Anda berhenti menganalisis dan melihat kepada Kristus dan melihat dan melihat dan melihat sampai Kristus sendiri dalam kemuliaan dan kecukupan-Nya, membangunkan “Ya” kepada-Nya yang telah dilupakan oleh dirimu.

Momen terbaik tentang kepastian Anda bukanlah momen di mana Anda berpikir sendiri mengenai jaminan keselamatan Anda, karena Anda memiliki kemampuan untuk meragukan kepastian tersebut setiap kali Anda memikirkannya. Suara kecil ini, entah berasal dari suara hati Anda atau dari iblis, berkata, “Engkau berpikir engkau memiliki kepastian, tapi…”

Dan jawaban itu datang, “Pandanglah salib! Pandanglah Kristus!” dan jika Anda mampu memandang salib, dan jika Anda mampu melihat-Nya sebagai Pribadi yang mencukupkan dan memuaskan dan berkuasa membawa semua dosa Anda, dan Anda menemukan diri Anda sendiri ditarik keluar untuk berkata “Ya” kepada-Nya, itulah apa yang Anda inginkan. Anda dijamin. Dia adalah jaminan Anda saat itu.

Hal ini dinyatakan oleh Paulus di dalam Roma 8, bahwa “ Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”

Saya mungkin berhadapan dengan masalah ini lebih sering dibandingkan dengan masalah yang lainnya saat berdoa bersama jemaat setelah kebaktian di Betlehem. Dan inti dari jawaban saya kepada mereka adalah, “Anda tahu, saya dapat menceritakan kepada Anda banyak hal mengenai mengapa Kristus cukup bagi Anda, dan mengapa dosa Anda tidak meletakkan Anda melampaui batas pengampunan. Tetapi pada akhirnya, pekerjaan Allah di dalam hidup Andalah yang membangunkan Anda untuk melihatNya benar-benar cukup bagi Anda secara personal.” Dan saya pikir, itulah kesaksian Roh Kudus.

Roh Kudus tidak berbisik di dalam telinga Anda, “Engkau adalah seorang Kristen”, karena Anda mungkin dapat meragukan suara tersebut, bukan? Anda dapat berkata, “Saya pikir bisikan itu berasal dari diri saya sendiri” atau “itu adalah bisikan iblis”. Kesaksian Roh Kudus bukanlah suatu bisikan di dalam telingamu.

Kesaksian Roh Kudus adalah pekerjaan Roh Kudus yang memampukan Anda untuk melihat kepada Kristus, merasakan-Nya sebagai milik Anda, melihat-Nya sebagai Pribadi yang berharga, dan mengucapkan Galatia 2:20 secara personal: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Untuk “aku” itulah jaminan Tuhan ditetapkan.

Sekarang, berhubungan dengan dosa yang tidak dapat diampuni, menurut saya, dosa yang tidak dapat diampuni adalah dosa yang meletakkan Anda pada satu posisi yang melampaui kemampuan untuk melihat kepada Kristus. Jika Anda dapat melihat kepada Kristus dan mengenal-Nya sebagai milik Anda, Anda belum melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Dosa yang tidak dapat diampuni adalah dosa yang menjadikan Anda seorang Esau. Hal tersebut membawa Anda pada satu titik di mana, menurut Ibrani 12, Esau mencari pertobatan, dan dia tidak dapat menemukannya. Dia tidak dapat melihat kepada Kristus, melepaskan dosanya, memeluk Kristus, dan beristirahat dalam kecukupan-Nya.

Jadi peperangan saya dengan seseorang yang berkata bahwa mereka telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni adalah bukanlah berkata “Anda belum melakukannya.” Saya tidak tahu! Tetapi saya mendesak mereka untuk melihat kepada Kristus. Saya mendesak mereka untuk terbang kepada Kristus dan berdoa agar mata mereka dapat dicelikkan. Dan jika Allah mengabulkan doa tersebut, hal ini berarti mereka belum melakukan dosa yang tidak dapat diampuni tersebut.

Hal di atas merupakan suatu ujian yang menjadi indikator Anda, karena dosa yang tidak dapat diampuni bukanlah satu perkataan seperti, “Terkutuklah Engkau Roh Kudus”. Ada orang yang mengucapkan perkataan tersebut saat berusia 13 tahun, ketika mereka marah kepada orang tua mereka lalu naik ke kamar mereka dan mengucapkan perkataan tersebut. Dan saya berkata, “Bukan itu. Hal itu mungkin, tapi saya tidak berpikir seperti itu”. Pertanyaannya adalah, “Dapatkah Anda hari ini menyelesaikan semua dosa Anda di masa lalu Anda dan memeluk Kristus?”

Disadur dari Sekilas KIN Remaja 2015 Edisi 2