Allah adalah kasih. Kita sering dengar frasa ini, “Allah adalah kasih”, atau “Allah maha-kasih dan maha-penyayang”. Konsekuensi, yang sepertinya logis, yang mengikuti kalimat tersebut adalah, “Allah pasti mengampuni kita dan tidak akan menghukum kita (apalagi saya, Allah pasti mengerti kesulitan saya dan mengasihi saya)”. Inilah kalimat penghiburan yang sering kita dengar, “Allah PASTI mengasihi kita”.
Dengan latar belakang demikian, akan sulit bagi kita untuk membaca Alkitab Perjanjian Lama sebagaimana bagian tersebut selayaknya dibaca. Ketika kita membacanya, bagian tersebut seakan penuh dengan ekspresi Allah yang murka, dan Allah yang menghukum dan menghukum. Salah sedikit soal ritual, manusia dibakar oleh api dari sorga. Sulit bagi manusia zaman sekarang (kita) untuk mengerti bahwa Allah, yang adalah api yang menghanguskan, adalah Allah yang sama yang menyatakan Diri-Nya sebagai Sang Kasih. Mengapa hal demikian bisa terjadi?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita melihat beberapa miskonsepsi yang umum terjadi mengenai Allah yang maha pengasih.
Allah mudah mengampuni
Banyak orang berpikir bahwa Allah akan selalu mengampuni saya – apapun yang saya perbuat. Apabila Allah adalah kasih, maka sudah seharusnya Allah mudah mengampuni. Bukankah Allah tinggal membalikkan telapak tangan-Nya saja untuk “menutup mata” terhadap apa yang telah kita lakukan? Allah tidak mungkin kesulitan untuk mengampuni dosa saya, tidak peduli berapa besarnya dosa itu.
Teman-teman, untuk membaca konsep mengenai Allah yang “mahapengampun” dengan benar, kita harus melihat tema ini dari sudut pandang Kristus; selayaknya seluruh bagian Alkitab yang terpusat kepada Kristus. Pekerjaan terbesar Allah yang Ia nyatakan di dalam Kristus adalah kematian Kristus di atas kayu salib demi menebus kita semua – orang-orang berdosa. Sehingga, pengampunan yang kita dapatkan bukanlah pengampunan murahan, yang diberikan hanya dengan Allah membalikkan telapak tangan-Nya. Pengampunan yang kita dapatkan adalah pengampunan yang dibayar dengan harga mahal – harga yang tidak mungkin dapat kita bayar kembali sampai kapan pun – yaitu kematian Anak-Nya yang tunggal.
Allah tidak akan menghukum dan semua orang akan ke sorga
Banyak orang juga berpikir bahwa Allah tidak akan menghukum ketika seseorang berdosa. Bukankah Allah adalah kasih? Bukankah seharusnya Allah tidak menghukum? Bukankah kasih artinya tidak menghukum? Kalau Allah tidak menghukum, sudah pasti Allah tidak mungkin menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Dengan demikian, semua orang PASTI masuk sorga.
Sesungguhnya Alkitab tidak berkata demikian. Alkitab menyatakan bahwa Allah mendisiplin umat-Nya dengan hukuman. Allah pernah membuang bangsa Israel selama 70 tahun di Babel. Allah kita adalah Allah yang begitu membenci kejahatan, dan akan menghakimi manusia sesuai dengan apa yang ia kerjakan (Rm. 2:6). Tidak akan ada banyak orang yang masuk ke sorga; karena pintunya sempit, dan jalan menuju ke sana juga sempit. Justru jauh lebih banyak orang yang sedang berjalan ke neraka (Mat. 7:13). Siapa yang menolak Kristus akan menghadapi hukuman akibat dari dosa-dosanya, dan ia harus membayar lunas segala upah dari dosanya, yakni maut (Mat. 18:30).
God the fixer
Alkitab pernah menulis, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN” (Yes. 55:8). Jadi, kalau demikian, bukankah Allah merancang yang baik-baik untuk saya? Oleh karena konsep yang demikian, banyak umat Kristen yang meminta segala bentuk kelancaran di dalam doanya; seperti menjadi kaya, menjadi sukses, mendapat nilai bagus, sembuh, dan memiliki keluarga yang beres. Pendek kata, kita meminta Allah menyelesaikan problem-problem kita. Karena Allah mahakuasa, maka pastilah Ia dapat memberikan rumah, mobil mewah, nilai bagus, dan segala bentuk kesembuhan, hanya dengan membalikkan telapak tangan-Nya.
Namun, rancangan Allah untuk Kristus sepertinya jauh dari hal-hal yang kita sebutkan di atas. Rancangan Allah bagi Kristus adalah supaya Ia mati di atas kayu salib, menerima murka Allah yang seharusnya ditujukan kepada manusia berdosa, dan bangkit dari kematian untuk memberikan hidup-Nya bagi manusia yang Ia tebus. Allah juga mengizinkan Ayub untuk dicobai oleh iblis, diberikan penyakit yang sangat berat, kekayaannya dihancurkan, dan anak-anaknya meninggal mendahului ia sendiri. Allah juga dengan jelas membiarkan Paulus di dalam penyiksaan setan (2Kor. 12:7-9). Namun di luar kemalangan yang ditanggung oleh tokoh-tokoh Alkitab di atas, kita mengamini bahwa rancangan Allah adalah rancangan yang baik; karena kekuatan Allah justru disempurnakan di dalam kelemahan umat-Nya.
Kasih Allah adalah kasih yang membuat kita terus bertumbuh menuju ke arah Kristus, dan bukan kasih yang semakin berfokus kepada diri. Kasih Allah bukanlah kasih yang semata-mata membuat diri kita enak dan lancar. Namun kasih Allah adalah kasih yang berpusat kepada diri Allah; kasih yang menyempurnakan umat-Nya untuk semakin serupa dengan Kristus. Mari kita belajar dan mengerti kasih Allah yang benar dengan benar.
The Love of God will blow away the superficial love that this world teaches.
[JA]

