Setelah dipakai Tuhan untuk memenangkan orang-orang Samaria, Filipus dipimpin oleh Tuhan melalui malaikat-Nya untuk memberitakan Injil kepada seorang sida-sida, penganut agama Yahudi dari Etiophia. Tuhan memimpin seluruh misi penginjilan dari para murid. Tuhan yang membuka jalan ke kota-kota besar, Tuhan juga yang memimpin ke jalan yang sepi. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa bijaksana Tuhan kadang sulit kita pahami, tetapi bijaksana Tuhanlah yang harus kita jalankan. Seorang penginjil besar seperti Filipus yang sanggup berkhotbah dan mempertobatkan sebuah kota di Samaria sekarang harus pergi ke tempat yang begitu sepi dan memberitakan Injil hanya kepada satu orang saja. Bukankah ini membuat bakat besar jadi sia-sia? Tetapi jalan Tuhan adalah yang paling tepat dan bijaksana. Bukan saja penginjilan ini penting untuk memenangkan seorang manusia, tetapi juga menjadi jalan untuk berita Injil masuk ke tanah Etiopia melalui sida-sida yang akan diinjili oleh Filipus.
Sida-sida ini adalah pengikut agama Yahudi walaupun dia sendiri bukan orang Yahudi. Umumnya tugas sebagai sida-sida membuat seseorang harus dikebiri untuk bisa menjalankan tugasnya di istana Ratu Etiophia. Karena keadaannya inilah dia dilarang masuk ke Bait Suci berdasarkan perintah Tuhan di Ulangan 23:1. Tetapi walaupun dia tidak mungkin masuk Bait Suci, dia tetap punya kerinduan untuk datang ke Bait Tuhan dan sujud kepada Tuhan. Seorang dengan semangat beribadah yang begitu besar ini diperhatikan oleh Tuhan. Dia dengan rela berjalan jauh dari Etiopia menuju Yerusalem hanya untuk beribadah di luar Bait Suci karena keadaannya ini. Keadaannya sebagai sida-sida yang telah dikebiri ini membuat orang-orang Yahudi tidak mungkin menerima orang ini. Orang-orang Yahudi tidak terima dia, tetapi Tuhan rela terima dia. Baik orang Samaria maupun sida-sida, keduanya adalah kelompok orang yang sangat dihina oleh orang-orang Yahudi, dan keduanya dimenangkan bagi Kristus oleh Filipus.
Roh Kudus memerintahkan Filipus untuk mendekati kereta dari sida-sida itu setelah sebelumnya Roh Kudus mempersiapkan sida-sida itu untuk mendengarkan berita Injil. Bagaimanakah Roh Kudus mempersiapkan sida-sida itu? Dengan menggerakkannya untuk membaca Kitab Yesaya. Sangat mungkin kalau sida-sida ini begitu tergerak hatinya melalui pembacaan Kitab Yesaya di dalam ibadah di Bait Suci meskipun dia tidak diizinkan masuk ke dalamnya. Mampu memiliki Kitab Suci sendiri adalah hal yang menunjukkan kekayaan orang ini. Tidak banyak orang dapat membeli Kitab Suci yang memiliki harga sangat mahal. Tetapi, walaupun mampu memiliki Kitab Suci sendiri, sida-sida ini tidak mendapatkan anugerah boleh berada di dalam Bait Suci untuk menyembah Tuhan. Kerinduannya akan Tuhan demikian besar sehingga di dalam perjalanan pulang dia membaca dengan bersuara Kitab Suci yang dia miliki. Ternyata dia membaca ayat-ayat yang akan memudahkan Filipus untuk memberitakan Injil kepada dia. Roh Kudus telah mempersiapkan sida-sida ini untuk mendengarkan Injil Tuhan.
Di dalam ayat 29 digambarkan bagaimana Filipus hanyalah utusan dari Roh Kudus. Roh Kuduslah yang mengerjakan semua pekerjaan pengabaran Injil, tetapi Roh Kudus selalu bekerja memakai orang-orang yang dipilih-Nya untuk melayani Kristus. Filipus pun mendekati kereta sida-sida itu. Kereta ini kemungkinan adalah kereta yang ditarik oleh sepasang sapi dan berjalan dengan kecepatan seperti orang berjalan. Dengan kecepatan yang lambat ini tentu tidak sulit bagi Filipus untuk mendengar apa yang dibaca oleh sida-sida itu dan juga tidak sulit bagi Filipus untuk menyusul kereta itu dan berbicara kepada sida-sida itu. Filipus menjelaskan berita Injil dari ayat-ayat bacaan sida-sida itu, yaitu Yesaya 53. Perhatikan bahwa Filipus memberitakan Injil dari perenungan sida-sida itu di dalam ayat 34. Tuhan memberikan persiapan iman yang demikian indah di dalam diri sida-sida itu sehingga walaupun dia tidak mengerti arti ayat itu, tetapi dia telah memakai waktu demikian lama untuk merenungkan dan menggumulkan arti ayat-ayat yang dia baca. Begitu sering orang-orang Kristen membaca Kitab Suci tanpa memedulikan artinya. Begitu sering juga orang-orang Kristen meremehkan penggalian makna Alkitab yang benar. Begitu gampangnya kita menafsirkan Kitab Suci dengan sembarangan dan merasa sudah tahu semuanya. Sida-sida ini tidak demikian. Dia benar-benar ingin tahu dan dia benar-benar merenungkan ayat-ayat Alkitab yang dia baca.
Filipus memberitakan Injil mengenai sengsara Kristus berdasarkan Yesaya 53 itu. Kristuslah yang digambarkan di dalam Kitab Yesaya. Dialah hamba yang menderita itu. Dialah yang memberikan tubuh-Nya untuk dicambuk karena kesalahan kita. Dialah yang nyawa-Nya diambil dari bumi karena dosa-dosa kita. Berita Injil begitu konsisten. Apa yang dikerjakan Kristus telah dinubuatkan ratusan tahun sebelum Dia datang menjadi manusia. Apa yang menjadi penebusan kita telah Tuhan nyatakan berabad-abad lamanya. Tuhan Yesuslah domba yang kelu, yang dibawa ke tempat pembantaian. Ayat 36 menunjukkan bahwa Filipus memberitakan Injil dengan tuntas. Dia tidak hanya mengabarkan tentang penderitaan, kematian, dan tentu saja kebangkitan Kristus, tetapi dia juga memberitakan seruan pertobatan dan baptisan sebagai tanda pertobatan kepada sida-sida itu. Filipus memberitakan semua itu meskipun tidak dicatat di dalam Kitab Kisah Rasul ini.
Sida-sida itu mendengarkan semua pemberitaan Filipus dan dia memercayai berita Injil tersebut di dalam hatinya. Sampai mereka melewati tempat yang ada air, barulah sida-sida itu menyatakan imannya itu. Dia meminta untuk dibaptis. Di dalam ayat 36 dia menanyakan tentang halangan kalau dia mau dibaptis. Telah terlalu banyak kali dia mengalami halangan dari orang-orang Yahudi untuk beragama dengan sungguh-sungguh. Dia dihalangi untuk bisa masuk Bait Suci. Dia dihalangi untuk bisa menjadi umat Tuhan dengan sempurna. Dia dihalangi untuk bisa mendengarkan pembacaan Kitab Suci. Dia dihalangi untuk menyembah Tuhan karena keadaannya sebagai orang yang dikebiri. Maka ketika dia ingin dibaptis dia sadar akan keadaannya yang tidak layak dan dengan rendah hati bertanya apakah orang seperti dia boleh dibaptis. Ayat 37 mencatat jawaban Filipus. Yang menghalangi seseorang menjadi umat Tuhan bukanlah keadaannya yang lama. Yang menghalangi seseorang menjadi umat Tuhan adalah tidak adanya pertobatan yang sejati. Orang yang dalam keadaan baik sekalipun tidak mungkin menjadi umat Tuhan tanpa pertobatan. Harus ada pertobatan sejati. Keadaan dikebirikah, keadaan berdosakah, keadaan secemar apa pun tidak akan menghalangi seseorang diselamatkan. Hanya kesombongan rohani dan penolakan untuk beriman dan bertobatlah yang akan menghalangi seseorang diselamatkan. Jika seseorang percaya dengan segenap hati, maka dia diselamatkan. Dia yang diselamatkan akan menjadi milik Roh Kudus. Dia yang menjadi milik Roh Kuduslah yang dibaptis sebagai tanda bahwa dia telah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.
Untuk direnungkan:
Bagian ini mengisahkan pertobatan yang begitu indah. Pertobatan dari seseorang yang di dalam keadaan hina dan tertolak tetap berusaha mencari Tuhan. Haus untuk mendengar firman, haus untuk mengenal Tuhan, dan haus untuk beribadah dan menyembah Tuhan. Betapa jauhnya kita yang sering kali mengabaikan semua ini. Kita terkadang begitu kering hatinya di dalam hal-hal rohani. Kita begitu tidak peduli terhadap kebenaran firman Tuhan. Kita juga terkadang menganggap ibadah sebagai rutinitas menjemukan yang terpaksa dilalui. Sadarkah kita berapa jauhnya kita sudah jatuh? Kisah ini membuat kita sadar dan malu akan keadaan rohani kita yang begitu miskin dan kering. Mari bertobat. Mari cari Tuhan dengan haus. Mari beribadah kepada Dia dengan sukacita dan dengan hati yang penuh sorak sorai. Sida-sida itu begitu mencari Tuhan dan Tuhan tidak mengabaikan Dia. Biarlah kita juga begitu rindu akan Tuhan dan firman-Nya. Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang yang mencari Dia dengan tekun (Ibr. 11:6). (JP)

